Minggu, 30 Maret 2008

‘Ash-Shamad’

Ash-Shamad’,

Kado Terakhirku

Untukmu

Oleh: Suci Handayani

Aku memang mempunyai kenangan terdalam dengan lafaz ash-shamad, salah satu asma’ul husna yang artinya “Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. Tepatnya, karena aku pernah membisikkan lafaz ini pada kakakku yang saat itu harus tebaring lemah di rumah sakit.

Saat itu aku memang khawatir dengan kondisi kakakku yang kian lemah. Wajahnya membengkak, sudah terhitung tiga minggu ia tidak bisa makan dan minum. Karena mulutnya terkatup, ia divonis menderita banyak penyakit, lalu ia pun harus menjalani bedah mulut.

Kini ia terkulai lemas, karena lehernya yang dulu kokoh, sekarang harus digypsum. Ada tiga lubang besar akibat hasil operasi, yang mungkin ia rasa, ia baru saja ‘digorok’(istilah yang sebenarnya menyedihkan).

“Terus saja baca ash-shamad, A”! Pintaku, karena aku yakin, dengan kondisi lemah, tapi, kalau ia memohon agar Allah memberi kekuatan, maka kekuatan itu dengan seizin-Nya akan datang. Tuhan yang setiap sesuatu bergantung kepada-Nya itu, bisa menguatkan jasadnya yang lemah.

Karena kita memang tak layak dan tak bisa bergantung kepada selain-Nya. Ah, semoga kakakku terus melafazkan Ash-Shamad itu, sambil terus berharap bahwa Allah akan menguatkannya.

Beranjak hari, aku mendengar tangis ayahku, sambil mengabarkan, bahwa kakakku telah pergi. Aku menunduk panjang, aku menyesal. Karena aku belum sempat meminta maaf padanya. Namun, ada sedikit rasa tak terlalu kecewa ketika harus mendengar bahwa ia menghembuskan nafasnya. Karena, setidaknya aku pernah berbagi pesan yang bermakna dengannya, tentang sesuatu yang memang seharusnya ia ucapkan, asma Allah itu, “ash-shamad”. Semoga menjadi kado terindah yang pernah aku selipkan di sanubarinya.

Aku benar-benar lebih terharu ketika kudengar, bahwa wajah kakakku tercinta, begitu berseri saat jasadnya akan dibalut kain mutlak, yang bernama ‘kafan’.

Hanya satu lagi sesal terdalamku, selama ku hadir di dunia, dan aku tercipta sebagai adiknya, sedikit sekali aku mencoba bertukar kata dengannya. Maafkan aku, bro….

Ah, bro… Betapa aku merindukanmu. Hingga kini, kau masih hidup di hatiku. Aku yakin, Allah akan menempatkanmu di tempat yang terhormat. Tempat terindah yang belum aku lihat, tempat yang sejuk, yang dirindukan semua hamba, tempat kebahagiaan, dimana orang-orang shalih akan berkumpul dan bercengkrama bersama para nabi. Allahummaghfirlahu, warhamhu, wa ‘aafihi, wa’fu ‘anhu. Amien

Tidak ada komentar: