Rabu, 24 Oktober 2007

Berbagi Filantropi

Berbagi Filantropi Pasca Hari Bermakna

Oleh : Suci Handayani

Hari fitri telah mempertemukan sejuta hati yang ingin bergumul dalam satu ampunan Ilahi. Dimana manusia tak lagi berbincang tentang pentingnya perbedaan dan kedudukan.

Di hari fitri yang bermakna, harapan manusia sama, ingin kembali menjadi fitri, berharap akan menjadi pemenang yang berhasil berjuang di geliat Ramadhan yang telah dijalani dengan penuh rintangan. Semua manusia mengukir harap untuk mendapatkan ampunan dari Tuhan yang telah menciptakan perbedaan dengan tujuan.

Indahnya, kala semua jiwa tersentuh dengan kucuran rahmat, yang akan membuat mereka sadar, bahwa mereka harus berbagi filantropi. Karena Tuhanpun tak sungkan untuk menghujani hamba-hamba-Nya dengan sejuta cinta yang membahana. Walau manusia terkadang tak mengindahkan seruan-Nya, seringkali mereka mencuri waktu untuk mengkhianati-Nya. Padahal mereka tahu kalau Dia taktertidur.

Kini saatnya menuai buah ramadhan dengan memetik buah yang ada dalam jiwa, dengan cara berbagi filantropi pasca hari bermakna, serta kembali untuk tidak mengkhianati Tuhan, karena Dia Sumber Pemberi Cinta.

Pantulkan cinta dan kita akan merasakan bias cinta itu kembali terpancar, menelusup ke rongga jiwa hingga mengakar. Maka akan kayalah kita dengan cinta yang terus memancar.

Dekati mereka yang membutuhkan uluran tangan, jangan tolak mereka yang datang meminta sebagian rizki Tuhan, dan biarkan mereka ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Karena cinta tak akan habis, ia juga tak akan kempis, malah ia akan menjadi cinta-cinta lain yang lebih romantis.

Biarlah dunia merekam cerita cinta indah kita, lalu kita bahagia, seperti bahagianya para pecinta dan pencari Tuhan yang telah dianugerahi berjuta karunia.

Lihatlah, bagaimana Rasulullah SAW begitu indah menjelaskan tentang gejala yang dialami para pecinta:

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling bersimpati seperti tubuh. Apabila salah satu anggotanya mengeluh karena sakit, maka seluruh tubuhnya merasa terpanggil untuk berjaga semalaman dan merasakan demam.” (H.R. Muslim).

Tak inginkah kita berbagi cinta dengan yang lain, dengan hati selalu terpanggil untuk saling memperhatikan, sekadar pembuktian, bahwa kita ingin dikatakan sebagai hamba yang beriman, peka ketika sesama merasakan hal yang tak diinginkan.

Allah SWT pun telah menjanjikan sesuatu yang luar biasa untuk para pecinta yang saling mencintai karena-Nya:

Allah berfirman pada hari kiamat: ‘Manakah orang-orang yang saling mencintai dengan keagungan-Ku? Pada hari ini Aku melindungi mereka di bawah perlindungan-Ku, pada hari yang tiada perlindungan selain perlindungan-Ku’.” (H.R. Muslim).

Begitulah Maha Pemurahnya Allah, hanya dengan manusia mau saling mencintai, lalu Diapun berjanji akan melindungi manusia di hari yang semua manusia butuh perlindungan, hari dimana tak ada manusia yang sudi untuk saling melindungi.

Tetapi, tentunya itu hanya berlaku bagi orang-orang yang memang saling mencintai karena-Nya. Wallahu A’lamu

Daarun-Nisaa, September 2007.

Selasa, 23 Oktober 2007

Epidemi Hidup

Epidemi Hidup

Oleh: Suci Handayani

Apa yang melulu kita puja

Di saat orang-orang telah mulai pergi tak berganda

Apa yang tengah kita baca

Di saat kalimat dunia tak lagi butuh metafora

Apakah kita mengira bahwa kita tak akan fana

Mencium dan mendekap tanah yang semua hamba ‘kan tersangga

Apakah kita lupa

Bahwa kita akan mereka kata

Untuk sebuah tanya yang luar biasa

Atau kita lupa

Tentang mulut yang pintar berkata

Akan menjadi lasa di saat ruh tak lagi terjaga

Atau, kita memang melukis praduga

Pada segala berita

Yang mengingatkan kita pada satu kabar yang nyata?

Daarun Nisaa, 23 Oktober 2007